Total Tayangan Halaman

Rabu, 24 Oktober 2012

Pelajaran Bahasa Inggris, knapa dihapus..?




PELAJARAN BAHASA INGGRIS, SELAYAKNYA DIPERKUAT
BUKAN MALAH DIHAPUS

            Pemerintah melalui Kemdiknas berencana untuk menghapus mata pelajaran bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib di sekolah dasar. Pemerintah beranggapan bahwa mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar memberatkan siswa dan akan mengurangi penyerapan dan pemahaman siswa terhadap Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia saja siswa belum  mengerti dengan baik, tetapi malah sudah harus belajar Bahasa Inggris, begitu alasan pemerintah. Dikhawatirkan siswa akan mengalami kerancuan pemahaman mengingat struktur bahasa Inggris berbeda dengan bahasa Indonesia. Bahkan disinyalir siswa malah lebih tertarik belajar bahasa Inggris ketimbang belajar bahasa Indonesia.
            Kebijakan penghapusan mapel bahasa Inggris tersebut walau masih rencana, ternyata mengundang reaksi pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat, baik dari kalangan pendidik, akademisi, masyarakat umum maupun para siswa itu sendiri. Sebagian masyarakat yang setuju dengan kebijakan tersebut beranggapan bahwa siswa sekolah dasar memang belum saatnya untuk menerima pelajaran bahasa Inggris yang terkenal bikin pusing dan menakutkan bagi sebagian besar siswa maupun orangtua. Bahasa Inggris memang sebaiknya mulai diajarkan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi yaitu sekolah menengah pertama (SMP), dimana siswa sudah cukup matang perkembangan kognitifnya untuk menerima pelajaran sesulit bahasa Inggris dan siswa sudah memiliki pemahaman yang memadai terhadap Bahasa Nasional, bahasa Indonesia, demikian argumentasi pihak yang pro kebijakan pemerintah. Sebaliknya, masyarakat yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah tersebut berpendapat, bahwa yang namanya kemampuan berbahasa sebaiknya ditanamkan sejak dini karena masa kanak-kanak merupakan waktu/umur yang paling baik (golden age) untuk belajar bahasa, termasuk dalam hal ini bahasa Inggris.
            Sebaiknya pemerintah mengkaji ulang kebijakan penghapusan mapel Bahasa Inggris tersebut secara lebih teliti, sehingga pemerintah tidak membuat blunder dengan mengambil keputusan yang salah. Ada beberapa alasan mendasar mengapa pemerintah sebaiknya berpikir ulang, yaitu: 1. Menghadapi era global seperti sekarang ini tidak bisa dipungkiri lagi bahwa penguasaan Bahasa Inggris sebagai lingua franca tak dapat ditawar lagi. Penguasaan Bahasa Inggris yang baik akan sangat berpengaruh terhadap masa depan anak didik, dan keberhasilan bangsa ini dalam kompetisi global yang kian ketat. 2. Arus informasi dan ilmu pengetahuan masih berjalan satu arah yaitu dari negara-negara barat (yang notabene kebanyakan  berbahasa Inggris) ke Negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sehingga penguasaan terhadap Bahasa Inggris akan menjadikan transfer informasi dan pengetahuan menjadi lebih baik.  Hampir 80 persen terbitan buku di Indonesia adalah buku-buku terjemahan dan sebagian besar dari buku berbahasa Inggris, sehingga penguasaan Bahasa Inggris mutlak harus diperkuat agar siswa atau mahasiswa mampu membaca buku berbahasa Inggris dengan baik, dengan demikian kita akan bisa mengejar ketertinggalan di berbagai bidang.dari barat. 3. Berdasarkan teori tabularasa, anak sebelum mencapai usia baligh diibaratkan seperti selembar kertas putih yang masih bersih dari coretan apapun, kertas bersih tersebut akan mudah untuk ditulisi apapun dan hasilnya pasti lebih bagus dibandingkan apabila menulis di kertas yang sudah ada coretannya. Demikian juga dalam hal pengajaran bahasa Inggris, pada masa usia SD anak-anak akan lebih mudah memproduksi pelafalan ujaran (pronunciation) bahasa Inggris yang menyamai, atau paling tidak mendekati penutur asli (native speaker). Sebaliknya, ketika pembelajaran dimulai setelah anak-anak  mencapai usia baligh maka golden age tersebut akan terlewati dengan sia-sia, dan hasilnya seperti sekarang ini dimana penguasaan bahasa Inggris orang Indonesia pada umumnya lemah. 4.
Secara umum penguasaan Bahasa Inggris orang Indonesia sangat lemah. Berdasarkan catatan di pusat data TOEFL di Princenton, New Jersey, Amerika Serikat yang terangkum dalam The TOEFL Test and Score Manual bahkan secara meyakinkan menunjukkan kesulitan yang serius dihadapi peserta test dari Indonesia, dimana rata-rata hanya mampu mencapai score di bawah 450. Ini adalah bukti nyata bahwa kemampuan berbahasa Inggris orang Indonesia sangat lemah, sehingga pembelajaran Bahasa Inggris harus diperkuat.
            Apabila diuraikan lebih lanjut akan banyak sekali hal-hal yang menguatkan betapa pentingnya penguasaan Bahasa Inggris di masa sekarang maupun dimasa yang akan datang, mengingat Bahasa Inggris sudah menjadi bahasa internasional nomor satu. Yang jelas kebijakan pemerintah untuk menhapus mapel Bahasa Inggris di sekolah dasar perlu ditinjau kembali. Pada dasarnya yang salah bukan Bahasa Inggrisnya sehingga harus dihapus, akan tetapi yang harus dipikirkan pemerintah adalah bagaimana cara/metode mengajarkan dan apa yang harus diajarkan sehingga Bahasa Inggris menjadi pelajaran yang fun bagi anak-anak. Banyak sekali metode yang bisa dikembangkan dan diterapkan sehingga anak-anak tidak merasa sedang belajar, misalnya: games, role play, singing, dan masih banyak lagi, yang jelas pengajarannya harus dikemas mengasyikkan bagi siswa. Dengan begitu anak-anak akan beranggapan bahwa Bahasa Inggris itu merupakan sesuatu yang menyenangkan.
            Mudah-mudahan pemerintah cukup bijak dalam mengambil keputusan terkait penghapusan mapel Bahasa Inggris ini. Kita tentu tidak ingin bangsa ini menjadi semakin jauh tertinggal karena penguasaan Bahasa Inggris yang lemah. Saya yakin anak-anak usia sekolah dasar di Indonesia cukup cerdas untuk menerima pelajaran tersebut, tinggal bagaimana kita pandai-pandai mengajarkannya.
           


                                                                                                          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar