Total Tayangan Halaman

Selasa, 03 September 2013

Jalan-jalan. . .



CANDI IJO: PESONA DAN MISTERI MASA LALU
DI LERENG GUNUNG IJO


          
  Candi yang satu ini begitu menarik dan unik, sangat berbeda bila dibandingkan dengan candi-candi di kawasan Prambanan pada umumnya. Mengapa demikian..? Apa yang membuatnya berbeda? Salah satunya karena posisinya yang berada di lereng gunung kapur, Gunung Ijo namanya yang artinya gunung yang hijau, merupakan bagian dari gugusan Gunung Seribu yang memanjang di bagian selatan Pulau Jawa. Penamaan sebuah candi biasanya didasarkan pada tiga hal: pertama, berdasarkan legenda yang dikenal masyarakat; kedua, berdasarkan penyebutan yang ada dalam prasasti; ketiga, berdasarkan lokasi di mana candi itu berada. Demikian halnya penamaan Candi Ijo, kompleks percandian bercorak Hindu ini dinamakan sesuai dengan lokasinya yang berada di lereng bukit padas yang bernama Gunung Ijo yang memiliki ketinggian 427 dpl. Sedangkan situs Candi Ijo sendiri berada di ketinggian 375 dpl. Pada umumnya candi dibangun di tempat yang datar, tanahnya subur dan dekat dengan pemukiman. Namun, Candi Ijo justru dibangun di lereng gunung dan tanahnya tidak begitu subur serta jauh dari sumber air.
            Candi Ijo terletak kurang lebih enam kilometer arah selatan Candi Prambanan. Secara administratif berada di wilayah Desa Groyokan, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. Untuk mencapai lokasi candi tersebut tidaklah sulit, bisa ditempuh dengan kendaraan motor atau mobil karena jalan menuju ke  situs Candi Ijo sudah beraspal meskipun di beberapa ruas jalan sudah mulai rusak aspalnya. Setelah menempuh perjalanan tiga kilometer ke arah selatan dari Candi Prambanan, maka kita akan menjumpai papan penunjuk ke arah Candi Ijo, yaitu belok ke kiri menyusuri jalan desa Sambirejo. Tak sampai satu kilometer, jalanan mulai menanjak menaiki bukit yang semakin lama semakin menanjak. Pemandangan di kanan kiri jalan didominasi oleh hijaunya hutan jati milik warga. Terkadang kita berpapasan dengan penduduk yang sedang mencari pakan ternak. Di sepanjang jalan juga banyak dijumpai perusahaan pengolah batu untuk dijadikan berbagai macam produk, seperti: untuk lantai atau dinding rumah, atau dikreasi menjadi berbagai macam hiasan. Bahan baku berupa batu putih melimpah di daerah itu, sehingga berkembang beberapa perusahaan pengolah batu. Perjalanan jadi tidak terasa karena kita disuguhi pemandangan alam nan permai di sisi kiri maupun kanan jalan. Hanya saja harus tetap waspada karena kondisi jalan yang belum begitu bagus.
            Setelah menempuh tiga kilometer jalanan yang terus menanjak maka sampailah di kompleks situs Candi Ijo yang berada di sisi kiri jalan, tampak begitu anggun berdiri, seolah menanti untuk disapa. Rasa lelah selama perjalanan pasti terbayar lunas dengan pemandangan indah dari kompleks Candi Ijo. Apabila kita memandang ke arah barat, kita bisa menikmati pemandangan hamparan persawahan yang tampak bagai karpet hijau dan kuning. Lebih jauh ke arah barat tampak hamparan kota Yogyakarta di kejauhan. Apabila cuaca cerah, bahkan kita bisa menikmati pemandangan pesawat terbang yang sedang naik atau mendarat di Bandara Adisutjipto Maguwoharjo. Sungguh merupakan pemandangan yang sangat berkesan. Sedangkan di arah selatan tampak gugusan Pegunungan Seribu yang  mengular ke arah timur seolah tanpa ujung.
           
Kembali ke kompleks Candi Ijo itu sendiri. Menurut catatan sejarah candi ini diperkirakan dibangun pada abad 9-10 masehi, dan ditemukan pertama kali secara tidak sengaja oleh seorang administrator pabrik gula Sorogedug yang bernama H.E. Doorepaal pada tahun 1886 masehi. Waktu itu dia sedang mencari lahan untuk penanaman tebu. Tak lama kemudian C.A. Rosemeier mengunjungi candi tersebut dan menemukan tiga buah arca batu teras lima, berupa arca Ganesa, arca syiwa dan arca tanpa kepala bertangan empat. Tahun 1887 masehi DR. J. Groneman melakukan penggalian arkeologis di sumuran candi induk dan menemukan lembaran emas bertulis, cincin emas, batu mulia, besi dan biji-bijian.
            Keunikan lain dari Candi Ijo yang membedakannya dari candi di kawasan Prambanan adalah bahwa candi ini merupakan kompleks percandian yang berteras-teras, membujur dari barat ke timur dengan 11 teras dengan ketinggian yang berbeda-beda. Teras-teras tersebut semakin meninggi ke belakang yaitu ke arah timur. Bagian belakang (sisi timur) merupakan pusat percandian. Pola semacam ini berbeda dengan pola-pola percandian di dataran Prambanan, yang pada umumnya memiliki pola memusat ke tengah, misalnya Candi Prambanan atau Candi Sewu. Hal ini didasari oleh konsep penataan ruang yang bersifat kosmis, dengan pusat berupa puncak gunung Meru, tempat tinggal para dewa. Adapun pola yang semakin meninggi ke belakang seperti pada Candi Ijo merupakan suatu keunikan tersendiri.
          
  Pada teras-teras kompleks Candi Ijo terdapat 17 gugusan bangunan candi, namun baru enam candi yang sudah selasai dipugar, yaitu Candi Utama yang berada di teras ke-11,  tiga Candi Perwara serta dua candi di teras bawah. Sedangkan sisanya masih masih berupa reruntuhan yang berserakan. Di dalam salah satu Candi Perwara terdapat arca Nandi dengan pahatan yang sangat halus. Salah satu dari candi di teras bawah tampaknya merupakan bangunan dengan struktur kayu, karena di sana ditemukan sisa-sisa umpak batu.
            Keunikan lain dari Candi Ijo, yang merupakan candi pemujaan para dewa,  adalah mengenai pemilihan lokasi dibangunnya candi yaitu berada di lahan yang tidak subur dan jauh dari mata air atau bukan merupakan tempat tinggal dewa. Menurut kitab-kitab India kuno, candi seharusnya di bangun di lokasi yang subur dan dekat dengan mata air, karena lahan atau tanah tersebut merupakan vastu yang merupakan tempat tinggal para dewa. Oleh karena itu harus subur dan dekat dengan sumber air, namun hal tersebut tidak berlaku untuk Candi Ijo. Hal ini masih menjadi pertanyaan para ahli yang belum ditemukan jawabannya, sehingga menyisakan suatu misteri tersendiri.
            Walaupun penelitian terus-menerus dilakukan, namun pesona masa lalu dalam bentuk Candi Ijo ini masih belum sepenuhnya terungkap.  Entah sampai kapan tabir berbagai misteri Candi Ijo ini bisa terkuak.[]


By Mas Mar
Based on survey Nov 12, 2012. 08.00-08.30 A.M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar