MENGGARAP FUNGSI REKREASI
SEBAGAI UPAYA MENDEKATKAN PERPUSTAKAAN DENGAN
MASYARAKAT
Pernahkan kita bayangkan bagaimana
orang berekreasi ke perpustakaan? Barangkali hal ini masih jauh dari bayangan
masyarakat kita. Selama ini image perpustakaan sebagai tempat yang bersifat
rekreatif nampaknya belum terbersit dalam benak masyarakat. Destinasi rekreasi
umumnya ke pantai, gunung, atau tempat wisata menarik lainnya, tapi tidak ke
perpustakaan. Hal ini tidak sepenuhnya
salah, karena barangkali memang itulah yang mereka rasakan selama ini mengenai
perpustakaan. Secara umum pemustaka dan masyarakat luas masih memandang perpustakaan
sebagai tempat yang terkesan serius, resmi, ilmiah, sunyi, tak menyenangkan dan
seterusnya. Padahal, salah satu fungsi
perpustakaan adalah sebagai wahana rekreasi kultural bagi para pemustaka atau
dalam arti yang lebih luas sebagai tempat untuk menyegarkan badan pikiran,
sehingga setelah berkunjung ke perpustakaan pikiran menjadi fresh kembali. Berdasarkan fungsi ini
maka seyogyanya perpustakaan mampu menyediakan berbagai hal dan aspek terkait
agar fungsi rekreatif bisa berjalan dengan baik. Apabila perpustakaan mampu menciptakan
suasana yang rekreatif, menghibur, menyenangkan tanpa menghilangkan sisi
edukatif, maka hal ini bisa dimanfaatkan sebagai salah satu sarana untuk
meningkatkan minat masyarakat untuk mengunjungi perpustakaan, sehingga akhirnya
masyarakat menjadi “dekat” dengan perpustakaan. Kata dekat yang dimaksudkan di
sini adalah masyarakat menjadi sadar akan pentingnya perpustakaan dalam
kehidupan sehari-hari dan menjadikan perpustakaan sebagai sumber informasi
untuk mendapatkan solusi bagi berbagai masalah yang dihadapi.
Ada beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian bagi pengelola perpustakaan agar pemustaka senang berkunjung ke
perpustakaan, bahkan merasa berkunjung ke perpustakaan sebagai sebuah
kebutuhan. Semua aktivitas di perpustakaan harus berorientasi kepada pemustaka,
karena keberadaan perpustakaan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka.
Faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian agar fungsi rekreatif bisa tercapai
dengan baik adalah: desain gedung yang menarik, kenyamanan ruang perpustakaan,
sarana prasarana, kualitas koleksi, kemudahan prosedur, sikap dan perilaku
pustakawan, serta promosi.
Ibarat orang desain gedung merupakan
wajah, citra yang secara langsung tertangkap indra mata orang yang memandangnya.
Desain gedung akan menentukan kesan pertama bagi siapa saja yang melihatnya.
Oleh karena itu, gedung perpustakaan harus dibuat semenarik, seindah dan seunik
mungkin sehingga orang yang pertama kali melihat langsung berkomentar: “Wouw!” atau “Bagus ya”, atau “Wiih keren”,
kemudian “Pengin dong ke sana.”
Selanjutnya “Kita ke perpus yuuk.”
Apabila hal ini bisa terwujud, maka perpustakaan akan menjadi salah satu tempat
favorit untuk dikunjungi.
Kenyamanan ruang perpustakaan
memegang peranan cukup besar di dalam menciptakan kesan rekreatif bagi
pemustaka. Apabila ruang perpustakaan tidak nyaman, maka sulit untuk membuat
pemustaka menjadi pengunjung yang setia. Ruang perpustakaan yang nyaman tidak
mesti mahal dan mewah. Kreativitas dan inovasi pustakawan sangat diperlukan
untuk menciptakan suasana yang “enak” di perpustakaan. Suasana nyaman bisa
dicapai dengan merancang sirkulasi udara yang baik, penataan ruang yang
harmonis sekaligus tetap fungsional, desain perabot yang menarik, segar, luwes
sehingga memberi kesan rileks, tata warna yang segar sehingga membuat suasana menjadi
menyenangkan. Apabila rasa enak dan nyaman bisa diciptakan, maka pemustaka bisa
belajar sambil refreshing atau
sebaliknya refreshing sambil belajar.
Dari sisi koleksi yang disediakan, perpustakaan
harus mengembangkan koleksi secara seimbang antara koleksi yang bersifat ilmiah
dan koleksi bacaan ringan yang bersifat menghibur, koleksi yang berkaitan
dengan khazanah budaya, koleksi fiksi, majalah-majalah populer, dsb. Dengan
adanya koleksi-koleksi bacaan ringan yang menyegarkan pikiran sekaligus
memperluas wawasan tersebut maka pemustaka akan merasa senang ketika berkunjung
ke perpustakaan. Khusus untuk literature anak-anak bisa dilayankan tersendiri
dengan menyediakan children corner dengan
desain yang santai, sehingga anak-anak bisa belajar sambil bermain dan merasa at home. Dalam hal ini diperlukan
kejelian pustakawan untuk menentukan tema dan jenis koleksi yang akan
dikembangkan.
Perpustakaan yang rekreatif tidak
akan terwujud tanpa dukungan pustakawan yang mampu mendukung tujuan tersebut.
Sikap pustakawan bahkan akan menjadi ujung tombak untuk bisa mewujudkan suasana
perpustakaan yang menyenangkan dan “ngangeni.” Hal ini pasti bisa dilakukan,
apabila pustakawan menjiwai profesinya, bersikap simpatik, mampu berempati dan
memiliki jiwa altruisme yang tinggi.
Langkah selanjutnya adalah melakukan
promosi perpustakaan kepada masyarakat dengan memanfaatkan berbagai media. Hal
ini penting agar perpustakaan yang sudah dikemas secara menarik bisa dikenal
oleh masyarakat luas. Dengan promosi yang baik diharapkan perpustakaan yang
awalnya terasa asing bagi masyarakat menjadi dikenal dan dekat dengan
masyarakat, bahkan menjadi bagian integral dari masyarakat itu sendiri.
Apabila hal-hal tersebut diatas bisa
dilakukan, maka perpustakaan akan menjadi tempat “jujukan” masyarakat, karena masyarakat merasakan manfaat yang nyata
akan keberadaan perpustakaan. Perpustakaan menjadi mitra dekat masyarakat untuk
menjadi masyarakat informasi yang maju. Dengan demikian misi perpustakaan untuk
ikut mencerdaskan bangsa akan berjalan dengan baik. Apakah hal tersebut bisa
atau tidak? Hal ini terpulang lagi kepada para pustakawan, apakah mau
wewujudkannya atau tidak. Kemauan (niat) akan menjadi langkah pertama. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar